KOMUNITAS SEKOLAH DOLAN MALANG (1)

DSCN0467

Bersekolah terkadang menjadi hal yang membosankan bagi sebagian anak, karena hanya duduk di kelas dan mendengarkan guru menerangkan. Namun, di komunitas sekolah ini, anak tak hanya belajar tapi juga bisa lebih berekspresi dan dapat mengembangkan potensinya.

Komunitas ini awalnya adalah kumpulan dari orang-orang yang ingin ber-sharing pada tahun 2006, lalu saling bertemu di Radio Cosmonita. Waktu itu ada empat orang, lalu melakukan kopi darat. Lukman Hakim beserta teman-temannya ingin menemukan kegiatan, akhirnya membuat Club Dolan. Kegiatan bagaimana mengoptimalkan anak-anak dan hobinya.

“Anak-anak perlu parenting, perlu orang tua belajar lebih jauh tentang parenting, perlu anak-anak diberi stimulis dari motorik potensi, lalu berkembang”, ujar Pembina Sekolah Dolan Malang ini. Namun lambat laun, teman-temannya menghilang sendiri-sendiri, tetapi ia tetap konsisten menekuni hal tersebut. Akhirnya tahun 2008, diresmikan oleh Kak Seto yang namanya Komunitas Sekolah Dolan Malang (KSDM). KSDM ini menjadi Komunitas anak-anak homeschooling atau flexischooling (komunitas anak-anak yang fleksibel), di jalur non formal atau informal. Di dalamnya juga terdapat kumpulan orang tua-orang tua yang mengambil alih pendidikan anaknya untuk belajar di rumah, atau di tempatnya sendiri dan menunya di buat sendiri.

“Mungkin mereka butuh satu tempat atau forum untuk bersinergi yakni, KSDM”, kata pria kelahiran 31 Agustus 1966 ini. Dia menjelaskan, bahawa komunitas seperti homeschooling seperti ini banyak di Indonesia, KSDM termasuk yang tertua. KSDM pernah dipilih oleh Pusat Kurikulum Nasional Jakarta menjadi komunitas inovatif yang tingkat nasional, karena mempunyai kegiatan komunitas berbentuk budidaya jamur, yang tujuannya memberikan solusi kalau misalkan ada tarikan-tarikan SPP atau tarikan untuk kegiatan yang dilakukan oleh KSD, sehingga bisa gratis. Sampai tahun 2010.

KSDM saat ini berkembang menjadi flexischhooling, bagi anak yang tidak nyaman di sekolah atau di komunitasnya. Karena mereka jenuh karena faktor mereka yang terbatas, atau IQ nya yang terlalu cepat, atau yang anak berkebutuhan khusus (ABK) seperti autis, dan lain-lain. Siswa yang ditangani mulai anak kecil sampai SMA. Ada juga yang terkena narkoba atau tekanan orang tua, sehingga dia keluar dari sekolah atau tidak mau diatur oleh orang tuanya.

Lukman juga menjelaskan, untuk berkonsultasi dengan KSDM, ada yang memang membayar dan ada juga yang menyesuaikan kebutuhan mereka, serta ada juga yang di bantu. Tapi kadang karena gratis malah menjadi tidak konsisten. Tapi komunitasnya juga mempunyai siswa binaan, seperti lembaga yang bermitra dengan KSDM, lalu digratiskan biaya konsultasinya. Contohnya, misalnya ada yang ingin membuat Taman Baca Masyarakat, membuat PAUD, atau akan membentuk kursus. Biasanya melakukan sharing dengan KSDM, lalu akan tetap dipantau oleh Lukman meski sudah berjalan, biasanya melalui media sosial facebook. “Untuk bergabung di acara kita, kalau mereka bisa bayar, saya dibayar dengan fee sesuai dengan kemampuan mereka, tapi kalo memang keadaanya tidak mampu, juga saya tidak mau terima kalau memang kondisinya tidak perlu, ya saya tidak mau,”ungkapnya.

Menurut bapak tiga anak ini, KSDM mempunyai asosiasi yang menjadi panutan, yakni namanya Asahpena (Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif), Lukman sekaligus ketuanya. Asosiasi ini juga diketahui oleh Kak Seto, sehingga ada rapat-rapat rutin yang membaha bagaimana mengatasi persoalan-persoalan yang ada di masyarakat Malang khususnya.

Penulis : Vika Antiyawati / 09220246

Tinggalkan komentar